Bagaikan Sebuah Kapal Penumpang

Bagaikan Sebuah Kapal Penumpang

Bagaikan sebuah kapal penumpang, arah dan perjalanan mereka sangat ditentukan oleh benar dan tidaknya sang nakoda dalam mengendalikan dan mengarahkan kapal.Begitu pula dengan umat ini,umat yang kebanyakan di antara mereka adalah orang awam akan sangat tergantung kepada para pemimpinnya,baik itu pemimpin dalam urusan duniawi ataupun pemimpin agamanya.
Para pemegang urusan pemerintahan yang merupakan salah satu bagian dari ulil amr sangat menentukan arah perjalanan kehidupan dunia umat,sedangkan para ulama yang merupakan bagian kedua dari ulil amr sangat menentukan baik dan tidaknya perjalanan agama dari pengikutnya.
Hal ini sangat nampak di mata kita ,tidaklah keluar darinya kecuali orang-orang yang dirohmati oleh Alloh Ta’ala.
Alloh Ta’ala memuji dan mengangkat derajat para ulama yang benar-benar menginginkan kebaikan untuk diri dan umatnya .Di antaranya firman Alloh (yang artinya): Alloh menyatakan bahwasannya tidak ada llah (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang menegakkan keadilan, para malaikat dan orang-orang yang berilmu… (QS. Ali Imran: 18)
Namun bagi para ulama Su (jahat) yang menggunakan ilmunya untuk membodohi orang yang memang masih bodoh, menipu umat untuk kepentingan hawa nafsunya, mengajak umat untuk ta asub dan fanatik pada kelompoknya merekalah orang yang sesat dan menyesatkan.Rosululloh memperingatkan dari mereka dengan sabda beliau (yang artinya):”Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas umatku adalah para pemimpin yang menyesatkan”.
Dan ironisnya,alangkah banyaknya mereka di zaman yang semakin akhir ini,hal ini diisyaratkan oleh Rosululloh dalam sabda beliau (yang artinya):”Alloh tidak akan mencabut ilmu sekaligus dari dadanya para ulama,namun Alloh mencabut ilmu dengan diwafatkannya para ulama,sehingga tatkala mereka tidak ada,niscaya manusia akan mengambil para pemimpin yang bodoh,mereka dimintai fatwa dan mereka berfatwa,akhirnya mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Bukhori Muslim)
Oleh karena itu wahai para ulama ,wahai para pemimpin umat,wahai orang-orang yang diberi amanat oleh Alloh untuk mengarahkan umat kepada jalan kebaikan…
Jaga dan tunaikanlah amanat yang dibebankan Alloh kepada kalian untuk menyampaikan kebenaran yang terpancar dari Al-Quran dan as-Sunnah!!!
Dulu,Alloh memerintahkan kepada Rosululloh untuk menyampaikan dan menjelaskan wahyu yang diturunkan kepadanya,sebagai mana firman-Nya(yang artinya): …Dan kami turunkan kepadamu al-Quran,agar Kmu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka …(QS.an-Nahl:44)
Dan perintah itu pun berlaku bagi para ulama yang merupakan pewaris mereka,sebagaimana sabda beliau (yang artinya): “Para ulama adalah pewaris para nabi.”
Jangan simpan kebenaran,jangan sembunyikan wahyu ilahi dan petunjuk nabawi dari umat…
kesalahan di dalamnya…..
Semoga dengan itu semua kita termasuk orang yang di hormati oleh Alloh dan termasuk yang disinyalir oleh Rosululloh: “Orang yang menunjukkan pada jalan kebenaran seperti orang yang melakukannya.” Serta ajaklah umat ini agar hanya tunduk kepada kebenaran, ajaklah mereka untuk menjadikan dasar wala dan baro mereka,suka dan benci mereka hanya karena Alloh Ta ala….
Jangan giring mereka untuk ta ashub dan fanatik kepada figur tertentu, kelompok dan golongan tertentu……
Karena tidak ada seorang pun yang ma shum dari kesalahan kecuali Rosululloh, mengajak umat untuk ta ashub kepada figur tertentu kecuali Rosululloh sama saja dengan mengajak mereka untuk ta shub kepada sesuatu yang pasti ada
Semoga…..Amin.

Yusuf Mansur

Khulafaur Rosyidin – Utsman Bin Affan

Today at 11:20am

“Utsman menyediakan makanan bagi kaum muslimin seperti makanan raja-raja. Padahal, ia sendiri hanya makan dengan minyak zaitun dan cuka”, ujarnya. Demikian pula, Abdullah bin Syaddat, mengisahkan : “Saya lihat Utsman berkhutbah hari Jum’at dengan memakain pakaian yang harganya empat atau lima dirham saja. Padahal, ia adalah seorang Amirul Mukminin”, ucapnya.

Demikianlah, peringai seorang hamba Allah, yang berserah diri kepada Allah. Nafsu makannya ditekan dengan jalan puasa, dihinakannya kemegahan jahiliyah dalam jiwanya, dan dicukupkannhya hanya dengan kemuliaan Islam, hingga dirinya pun menjadi mulia.

Pada suatu hari, ia marah terhadap pelayannya, ditariknya telinga pelayan itu sampai kesakitan. Ketika marahnya reda, ia menjadi gelisah karena perbuatannya itu. Sampai mengganggu tidurnya. Lalu, dipanggilnya pelayan itu, dan disuruhnya melakukan qishas terhadap dirinya dengan cara menarik telinganya. Tetapi, pelayan itu berpaling, dan tidak bersedia melakukannya. Utsman dengan gigih memaksanya. Kemudian, pelayan itu, akhirnya mau menarik telinga Utsman. “Keraskanlah tarikannya, hai Gulam?”, perintah Utsman. “Karena, qishas di dunia ini lebih ringan, dibandingkan qishas di akhirat nanti”, tambahnya.

Demikian, keadaan hamba Allah yang tak dirinya tak terpisahkan dari Khaliqnya. Kita temui ia pada peristiwa ini, dan sebagaimana kita jumpai dalam peristiwa lainnya. Sekrang marilah masuk ke dalam masjid Madinah untuk menemui seorang laki-laki mulia dan berwibawa. Anehnya, ia tidur diatas batu kerikil dilantai masjid, sementara jubahnya dijadikan bantal. Tatkala ia terbangun dari tidurnya, terlihat bekas-bekas kerikil itu dipinggangnya…

Siapakah laki-laki itu?

Ternyata ia adalah seorang hamba ahli ibadah, dan zuhud yang telah menyerahkan dirinya yang telah menyerahkan dirinya kepada Allah Azza Wa Jalla. Dia tiada lain adalah Utsman bin Affan, seorang milyader, yang kaya raya, dan harta tak terhingga, baik sebelulm maupun sesudah masuk ke dalam Islam. Peristiwa ini mengingatkan kita kepada Abdullah bin Umar mengenai dirinya (Utsman), yakni perkataan yang diucapkannya setelah membaca surah Az-Zumar. “Apakah kalian yang lebih beruntung hai orang-orang musyrik? Ataukah orang yang beribadah di tengan malam dengan sujud dan berdiri, disebabkan karena takuktnya kepada (siksa) akhirat, dan harapannya akan rahmat Rabbnya..”

Ujian Keimanan di Jaman Akhir

Thursday, October 22, 2009 at 8:35pm

Ada buku berjudul Dajjal: the Anti-Christ. Dalam buku tersebut ia menjelaskan bahwa peradaban dunia semenjak sekitar seratus tahun belakangan ini telah menjelma menjadi sebuah Sistem Dajjal. Yaitu sebuah sistem kafir yang segenap lini kehidupannya didominasi oleh Dajjalic Values (nilai-nilai Dajjal). Sebuah sistem yang secara diameteral bertolak belakang dengan sistem Kenabian yang didominasi oleh nilai-nilai keimanan. Coba perhatikan, tidak ada satupun aspek kehidupan modern dewasa ini yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Sebut saja bidang ideologi, politik, sosial, moral, seni-budaya, ekonomi, pendidikan, militer dan pertahanan keamanan. Semua telah di-shibghah (baca: dicelup) oleh nilai-nilai kekufuran jauh dari shibghah Islamiyyah (celupan Islam). Sistem Dajjal ini sedang menanti kehadiran oknum pimpinannya. Bila sekarang Dajjal keluar maka ia akan segera dinobatkan menjadi Imam peradaban yang jauh dari nilai keimanan di dunia modern. Sebab sistem ini dibangun agar pas dengan datangnya Dajjal.

Asal makna ”dajjal” ialah ”al-kholath” (mencampur, mengacaukan, membingungkan). Dikatakan bahwa ”seseorang itu berbuat dajjal bila ia menyamarkan dan memanipulasi”, dan Dajjal adalah manipulator dan pembohong yang luar biasa.. Ia dinamakan Dajjal karena ia menutupi kebenaran dengan kebatilan, atau karena ia menutup kekafirannya terhadap orang lain dengan kebohongan, kepalsuan dan penipuannya atas mereka.

Maka dalam situasi dunia seperti ini ummat Islam menjadi lebih relevan lagi untuk meningkatkan penghayatannya ketika membaca doa yang diajarkan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam di akhir sholatnya pada saat tahiyat akhir menjelang salam ke kanan dan ke kiri.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ يَقُولُ اللهم إني أعوذبك بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ’anhu ia berkata: Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Bila kalian membaca tasyahud terakhir maka hendaknya berlindung kepada Allah ta’aala dari empat perkara, “Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari (1) azab jahannam dan (2) azab kubur dan (3) fitnah kehidupan serta kematian dan dari (4) jahatnya fitnah Al-Masih Ad-Dajjal” (HR Muslim 923)

Secara keseluruhan ada 4 antisipasinya, Insya Allah semoga dengan mengamalkan Jalan dari Allah dan Rasulullah SAW, kita semua akan selamat. Amin.

1. Selalu menjaga doa-doa yang disuruh membacanya oleh Rasulullah saw pada akhir setiap shalat (setelah tahiyat akhir) yaitu :

اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِك مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ ، وَأَعُوذُ بِك مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ، وَأَعُوذُ بِك مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ ، وَأَعُوذُ بِك مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

Artinya : “Wahai Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari adzab neraka jahanam, dan aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah hidup dan mati, dan berlindung kepada-Mu dari fitnah al masihuddajjal.”

2. Menghafal surat al Kahfi atau sepuluh ayat yang diawalnya atau sepuluh ayat yang diakhirnya. Bahkan orang yang menghafal tiga ayat saja diawal surat al Kahfi, maka ia akan terjaga dari dajjal.

Telah bersabda Rasulullah saw,”Barangsiapa yang menghafal sepuluh ayat dari awal surat al Kahfi, maka ia akan terjaga dari fitnah dajjal.” (HR. Muslim, Ahmad dan Tirmidzi)
Sedangkan didalam hadits Muslim dan Abu Daud disebutkan,”sepuluh ayat diakhir surat al Kahfi.” Dan didalam hadits yang lain disebutkan,”tiga ayat dari awal surat al Kahfi.”

Barangsiapa yang ditakdirkan oleh Allah melihat dajjal hendaklah ia meludahi mukanya seakan-akan ia adalah Khindzib, yaitu setan penggangu shalat. Dan hendaklah ia membaca ayat-ayat awal atau akhir dari surat al Kahfi, semoga Allah menyelamatkannya dari dajjal.

3. Barangsiapa yang mendengar kemunculan dajjal, hendaklah ia berlindung ke kota Madinah atau Mekah, karena kedua negeri itu tidak akan dapat dimasuki oleh dajjal.

4. Barangsiapa yang tidak mampu melakukan tiga hal diatas maka hendaklah ia lari dari depan dajjal, karena ia tidak akan membahayakannya dengan tetap berdzikir dan berdoa penuh keimanan keyakinan kepada kekuasaan Allah SWT. Cukuplah Allah SWT sebaik2nya penolong kita semua dan kaum beriman dimana pun mereka berada.

6 Hadist mengenai Dajjal

Thursday, October 22, 2009 at 8:14pm

“Allah tidak menurunkan ke muka bumi -sejak penciptaan Adam as hingga hari Kiamat- fitnah yang lebih dahsyat dari fitnah Dajjal.” (HR Thabrani 1672)

Anas r a. berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Tiada seorang nabi pun melainkan telah memperingatkan umatnya dari si buta sebelah dan pendusta. Ingatlah kami bahwa Dajal itu buta sebelah matanya dan Tuhan kamu tidak buta. Tertulis diantara mata Dajal itu ‘kafir’.” (HR Bukhari dan Muslim).

“Dajjal tidak akan muncul sehingga manusia melupakannya dan para Imam meninggalkan untuk mengingatnya di atas mimbar-mimbar.” (HR Ahmad 16073)

Suatu ketika ihwal Dajjal dibicarakan di hadapan Rasulullah saw. Kemudian beliau bersabda: ”Sungguh fitnah yang terjadi di antara kalian lebih aku takuti dari fitnah Dajjal, dan tiada seseorang yang dapat selamat dari rangkaian fitnah sebelum fitnah Dajjal melainkan akan selamat pula darinya (Dajjal). Dan tiada fitnah yang dibuat sejak adanya dunia ini –baik kecil ataupun besar- kecuali dalam rangka menyongsong fitnah Dajjal.” (HR Ahmad V/389)

“Dan sesungguhnya Dajjal itu bermata satu; sebelah matanya tidak nampak. Di antara kedua matanya tertulis “kafir” yg terbaca oleh setiap mu’min yg mengerti baca-tulis ataupun tidak.” (HR Ahmad)

Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Sukakah saya jelaskan kepadamu tentang Dajal yang belum dijelaskan oleh seorang nabi kepada kaumnya. Sesungguhnya Dajal itu buta sebelah matanya dan ia akan membawa berupa surga dan neraka, maka yang dikatakan surga itu sebenarnya adalah neraka.” (HR Bukhari dan Muslim).

MENATA BAIT KEHIDUPAN

Friday, October 16, 2009 at 8:38pm

Anugerah hidup kadang tampil melalui rute yang tidak diinginkan. Ia tidak datang diiringi dengan tiupan seruling merdu. Tidak diantar oleh dayang-dayang nan rupawan. Tidak disegarkan dengan wewangian harum.

Saat itulah, tidak sedikit manusia yang akhirnya dipermainkan keadaan. Persis seperti anak katak yang takut cuma karena langit hitam, angin yang bertiup kencang, dan kilatan petir yang menyilaukan. Padahal, itulah sebenarnya tanda-tanda hujan.

Benar apa yang diucapkan induk katak: jangan takut melangkah, jangan sembunyi dari kenyataan, sabar dan hadapi. Karena hujan yang ditunggu, insya Allah, akan datang. Bersama kesukaran ada kemudahan. Sekali lagi, bersama kesukaran ada kemudahan.

Menangkap makna hidup sebagai sebuah pertarungan, memberikan sebuah kesimpulan bahwa merasa tanpa musuh pun kita sebenarnya sedang bertarung. Karena musuh dalam hidup bisa berbentuk apa pun: godaan nafsu, bisikan setan, dan berbagai stigma negatif. Inilah pertarungan yang merongrong keaslian jatidiri: sebagai muslim, aktivis, dan dai.

Pertarungan tanpa kekerasan ini bisa berakibat fatal dibanding terbunuh sekali pun. Karena orang-orang yang kalah dalam pertarungan jatidiri bisa lebih dulu mati sebelum benar-benar mati. Ia menjadi mayat-mayat yang berjalan.

Bagian terhebat dari pertarungan jatidiri ini adalah orang tidak merasa kalah ketika sebenarnya ia sudah mati: mati keberanian, mati kepekaan, mati spiritual, mati kebijaksanaan, dan mati identitas.

Menata Bait Kehidupan

Friday, October 16, 2009 at 2:03pm

Anugerah hidup kadang tampil melalui rute yang tidak diinginkan. Ia tidak datang diiringi dengan tiupan seruling merdu. Tidak diantar oleh dayang-dayang nan rupawan. Tidak disegarkan dengan wewangian harum.

Saat itulah, tidak sedikit manusia yang akhirnya dipermainkan keadaan. Persis seperti anak katak yang takut cuma karena langit hitam, angin yang bertiup kencang, dan kilatan petir yang menyilaukan. Padahal, itulah sebenarnya tanda-tanda hujan.

Benar apa yang diucapkan induk katak: jangan takut melangkah, jangan sembunyi dari kenyataan, sabar dan hadapi. Karena hujan yang ditunggu, insya Allah, akan datang. Bersama kesukaran ada kemudahan. Sekali lagi, bersama kesukaran ada kemudahan.

Menangkap makna hidup sebagai sebuah pertarungan, memberikan sebuah kesimpulan bahwa merasa tanpa musuh pun kita sebenarnya sedang bertarung. Karena musuh dalam hidup bisa berbentuk apa pun: godaan nafsu, bisikan setan, dan berbagai stigma negatif. Inilah pertarungan yang merongrong keaslian jatidiri: sebagai muslim, aktivis, dan dai.

Pertarungan tanpa kekerasan ini bisa berakibat fatal dibanding terbunuh sekali pun. Karena orang-orang yang kalah dalam pertarungan jatidiri bisa lebih dulu mati sebelum benar-benar mati. Ia menjadi mayat-mayat yang berjalan.

Bagian terhebat dari pertarungan jatidiri ini adalah orang tidak merasa kalah ketika sebenarnya ia sudah mati: mati keberanian, mati kepekaan, mati spiritual, mati kebijaksanaan, dan mati identitas.

HUDZNUZON DAN ISTIQOMAH DALAM TAUBAT

Monday, October 5, 2009 at 6:36pm

Karena Kemurahan Allah lah kita-kita yang berlumuran dosa ini masih panjang umur, dan “cuma” mendapatakn bala yang skrng dirasa. Kalau tidak, kita dihabisi-Nya. Namun lihat, di balik smua kesusahan yang terasa, Allah masih mngucurkan Karunia-Nya. Allah saja bersabar dalam melihat hamba-hambaNya yang bermaksiat dan menanti hamba-Nya bertaubat. Maka seyogyanya kita juga demikian. Perbesar husnudzdzan sama Allah, dan tetap istiqamah dalam taubatan nasuha.
Sebagai gambaran ya:

– Bila kita kena dosa syirik, harusnya tidak terampuni. Kita langsung di-cut oleh Allah dari dunia, dan dilempar keluar untuk kita dipersilahkan Allah mencari perlindungan dari tuhan yang kita jadikan tuhan selain Allah.

– Jika kita meninggalkan 1 sholat shubuh saja, maka kita ditaroh di neraka selama 68 tahun yang perhitungan 1 hari nya minim-minim 1000 tahun di dunia. Wuih. Dan itu masih ditambah sederet mampir-mapir di neraka saqor, neraka yang penuh dengan ular. Di alam kuburnya, masih ditambah ketemu dengan ular syuja-ul aqro, ular dengan 16 kepala. Rasul bersabda, kepala-kepala itu ular di dunia, berwujud hutang yang tidak terbayar, penyakit yang tidak kunjung sembuh, keberkahan yang dicabut, dan masih banyak lagi rupanya itu ular.

– Jika kita durhaka sama orang tua, maka Allah tidak ridho. Sedang kita bisa mengerjakan sesuatu, berhasil di urusan sesuatu, sakses di urusan sesuatu, sebab ridho-Nya. Termasuk ketika berusaha menyelesaikan urusan-urusan, kalo ga ada ridho-Nya, ga akan beres. Maka ketika kita durhaka, keridhaan itu dicabut, mati langkah lah kita.

– Jika kita pezina yang masih bujang, 40 tahun susahnya. dan tidak disebut berzina, kecuali kemaluan lelaki masuk di kemaluan perempuan (maaf). Dan sayangnya pezina-pezina itu selalu melakukan koitus berkali-kali. Artinya, berkali-kali masuk-cabut-masuk (sekali lagi maaf). Sehingga tidak disebut zina, sekali jalan puas. Melainkan ia berkali-kali, hingga kemudian terpuaskan. Sekali zina, bisa berkali-kali ukuran fiqih senggamanya. Artinya apa? Jika 2-3x saja perlu keluar masuk, maka sdh 80-120 tahun susahnya. dan itu sama saja dengan seumur hidup susah. Sedangkan bila pezina itu sudah berkeluarga, maka hukuman semestinya adalah hukuman mati. Lalu kita dibiarkan lepas, bebas. Maka sesungguhnya kita sudah dianggap mati. Gedebong pisang. dan ini sama saja engga dianggep kita ini hidup oleh Allah.

– Doa rizki haram? Mutusin silaturahim? Ninggal shalat sunnah? Wuih, banyak banget. Kiranya, karena Allah itu Maha Pengampun lah kita benar-benar masih beroleh hidup dan masih diberi-Nya karunia. Salah satu karunia terbesar adalah diberi-Nya kita pengampunan dan kesempatan untuk memohon ampun dan mengejar keburukan dengan kebaikan-kebaikan. Jangan lihat kesusahan kita, tapi lihatlah kesempatan yang Allah berikan ini. Insya Allah tetap ada percepatan bagi yang kepengen segera keluar dari keterpurukannya. Silahkan dipelajari lebih lanjut di DVD-DVD dan buku-buku Wisatahati yang bertebaran, dan mulailah berkenalan dengan al Qur’an lagi.

Mudah-mudahan DVD-DVD dan buku-buku bisa mulai sebagai teman belajar. KuliahOnline dan DhuhaaCoffee pun digelar di web sebagai bentuk belajar setapak demi setapak, setahap demi setahap, hingga kemudian banyak orang bisa dikeluarkan dari kegelapan menuju Cahya-Nya. Insya Allah, Allah akan menolong hamba-hambaNya yang ikhlas menerima segala Ketentuan-Nya. dan insya Allah pula saya do`akan, dan kiranya demikian pulalah kita semua.

Doakan sahabat-sahabat yang lain agar beroleh ampunan-Nya, dan diberi-Nya selalu kesempatan ke-2, ke-3, ke-4, dan seterusnya.

Dan sebagai salam akhir, rasanya yang penting buat kita bukan lagi apakah hutang kita bisa selesai… apakah penyakit bisa sembuh, hajat kita bisa kecapai, masalah kita bisa selesai… Namun, yang lebih penting adalah apakah kita bisa diampuni Allah? Apakah kita bisa meninggal dalam keadaan husnul khaatimah? Apakah kita bisa menyelamatkan anak keturunan dan keluarga kita agar tidak seperti kita? Apakah kita bisa menasihati diri kita dengan pengalaman bertuhannya kita? Apakah kita bisa memberi nasihat orang-orang yang belum terjebak dosa seperti kita? Apakah kita bisa mengajak serta pendosa-pendosa serupa dengan kita untuk sama-sama bertaubat? Apakah kita mau mendekatkan diri dengan Allah? Apakah kita mau menghiasi hidup dengan amal saleh, mencoba sabar dan tidak mengeluh sedikitpun? Setelah itu, kita terima segala kesusahan sebagai bentuk Kasih Sayang-Nya Allah yang bisa menghabisi semua dosa kita dan keluarga kita di sisa umur kita. Sesungguhnya, tidak ada satupun mukmin dan mukminah yang tertimpa bala dan musibah, melainkan akan keluar jasadnya dalam keadaan bersih, Allah naikkan derajatnya, Allah ampunkan dosanya, dan Allah berikan kebaikan sebagai balasan keridhaannya menerima takdir-Nya.

Doa saya untuk semuanya. Segitu ngerinya hukuman di balik dosa-dosa kita, besarkan hati dengan Ampunan-Nya. Kalau manusia datang ke Allah dengan dosa sebesar gunung, maka Allah akan memberikan ampunan sebesar gunung juga. Jika datang dengan dosa seluas daratan, sedalam lautan, sebanyak butiran pasir di padang pasir, maka Allah pun akan memberikan ampunan sebesar itu pula. Bahkan masih bertambah-tambah lebih banyak lagi dengan Kasih Sayang-Nya. Mari semangat tuk benar-benar berubah dan memperbaiki diri dan ibadah kita.

ARTI BERJUANG PADA WANITA 3 DUNIA

AISIAH BINTI MUZAHIM

Dalam lekung cahaya bulan. Dia meringkuk pelan, pada ujung kaku lidahnya, pada rasa sial dihatinya. Berselimut luka, pada tubuh penuh bilur-bilur siksa, hari ini, dalam pelayanan wajib ada wajah Dewa kekasih hatinya, yang kini menyiksa dunianya. Meringkuk dia di ujung lara. Cantik tapi tersia-sia. Dalam gaun sutra tipis, safir indah di tangan, taburan mahkota bertahta berlian, tubuh berbalut emas, terlihat pualam didalamnya, dia terus meratap rindu akan kata cinta Illahi semata. Mengambil seruling cinta, meniupnya lirih. Suaranya meliuk-liuk menaklukan sunyi malam, menusuk jantung, terhembus angin. Menggambarkan pergulataannya, pada hati wanita tanpa daya. Lemah dalam pengobaran cinta. Pada mihrab abadinya. Tangan terkekang, kaki terbelenggu, tubuh terkukung sangkar. Membias lara rindunya dalam rapalan dzikir, dia Aisiah binti muzahim Istri Fir’aun, yang lalim. Keangkuhan demi keangkuhan melahirkan penderitaan tanpa batas dan tepian. Hingga dada tertindih batu mendidih diakhir dunianya. Tapi dia rela tersiksa, demi meraih surgaNya.

RABI’AH AL-ADAWIYAH

Melangkah pelan dalam gaun panjang hitam, tertutup cadar Iman. Berseloroh pelan, tak bersuara gaduh. Patuh. Diam. Hijab terjaga. Tak mau menoleh melihat pandangan. Berjuang atas birahinya, tidak tercabut akar akhlak, iman, dan takwa kepadaNya. Hanya ada jawaban salam santun. Hanya ada rapalan doa runtun. Dari semua doa yang terdengar satu terdengar lirih beriring suara angin yang merindu. Tentang Allah…Allah dan Allah. Berharap pada kasih sayang Allah. Mengharap selalu dekat dengaNya. Menjadi kekasih AbadiNya. Mencintai sudah dia. Bersatu sudah mereka. Tenggelam dalam cumbu dan gelak nurani hamba pada TuanNya. Mengabdi dia hanya kepadaNya. Mengingat akan Rabi’ah al-Adawiyah. Tak mau berharap dan terlibat cinta dunia, menatap pada satu pintu kiblat. Allah Azza wa Jalla semata.

NASIBAH BINTI KAAB

“Tak mau tinggal diam aku Pada harem yang menyesatkanku dan membuaikan duniaku Ikut aku menangkap peluang, berjuang berjihad fi sabilillah Mendampingi kekasih Allah” Jangan terluka, jangan terkena lara, jadi pedang ditangan kirinya Menantang musuh di garis depan bahu-membahu melindungi kekasihNYa Tak takut tertusuk pedang, tak gentar ditatap lawan Maju terus Nabisab binti Kaab dengan bahu berdarah-darah Pada dahi yang tergores Tak peduli pada kecantikan panggilan “ Ummu Imarah” Tanpa air mata , tanpa keluhan atas luka, dan hanya ada teriakan-teriakannya : “Allahu Akbar ! “ “Allahu Akbar !” “Allahu Akbar !” Hingga desir tetes terakhir, mendekap kaki Rasulullah SAW Membentengi membabi buta “Betapa hebat Ummu Imarah”, kata Rasulullah SAW

Ketiganya bukti dan simbol Wanita tiga dunia dalam kekuatan berbeda Tak ada beda dengan laki-laki selain hanya Iman dan Takwa kepadaNya

byIweddudul, 23 Oktober 2009

Pada Seneng Baworan (Kang Bawor)

Ada satu rasa yang tertinggal di satu acara sepanjang mengikuti seremonial lebaran kemarin. Dapat undangan kumpul-kumpul Saka Bhayangkara Polres Banyumas di Purwokerto. Bersama istri dan temanku Kanthong, aku meluncur kesana.

Bukan Purwokerto yang semakin angkuh yang membuatku mendadak dangdut. Tapi sejarah yang berlalu selama lima tahun di kota ini bersama milisi BSC, mau tak mau membuatku terharu. Gelak tawa ceria dalam setiap penggemblengan fisik dan mental merupakan anugrah masa lalu yang membuatku mampu bertahan dalam kerasnya hidup. Disana aku belajar menjadi ndableg, karena terlalu kasar bila disebut tabah.

Hanya satu yang sedikit aku sesali. Aku tak bisa bertemu dengan seorang teman lama yang aku panggil Bawor. Postur tubuhnya yang pendek bulet dan kalo baris selalu bagongan membuatnya selalu dijadikan umpan pelor didalam setiap penugasan. Memiliki pantat paling tebal karena aku rasa dari sekian banyak pasukanku, hanya pantat dia yang paling sering dicium sepatu. Tapi semua pelecehan seksual itu tak pernah membuatnya melangkah surut. Sifat ndablegku cepat menurun ke otaknya. Dan siapa sangka bila bila tamatan STM jurusan Bangunan itu bisa menjadi Kepala Sekolah sekarang. Dan di telepon terakhirnya, temanku mau ambil S2 di Jokja.

Di saat lebaran ini, aku tak mampu melupakan lebaran tahun 1992 kalo tidak salah. Setelah seminggu jaga gawang di Pos Simpatik Buntu, malam takbir diangkut ke Purwokerto untuk pengamanan shalat Ied di alun-alun. Aku dan Bawor kebagian jaga di pertigaan Ragasemangsang, depan BNI.

Jalanan yang lumayan kusut cukup membuatku sibuk. Makanya ketika imam shalat ied mulai berteriak, aku masih saja cuek. Aku kepikirannya shalat jumat. Khotbah dulu baru shalat. Aku baru sadar ketika semua berdiri dan teriak Allahu Akbar. Aku dan Bawor lari ke barisan sambil berucap niat dalam hati. Jadi ketika berdiri siap grak, langsung angkat tangan dan ikut Allahu Akbar.

Tidak ada yang aneh kurasakan. Tapi ketika ruku, baru aku sadar kalo aku masih pakai sepatu hansip. Aku masih sedikit terkesima ketika Bawor nyeletuk, “sembahyang koh sepatuan..”

Begonya aku langsung jawab, “gapapalah, kan darurat…”

Eh, yang di belakangku komplen, “shalat kok ngomong sih..?”

“Lha kamu juga ngomong..,” samber Bawor ga terima, pakai acara balik kanan segala.

Takut menganggu kekhusyukan jamaah yang lain, Bawor ku seret balik ke jalanan. Tapi telat, orang-orang di sekitar malah pada ketawa dan ikutan bubar.

Pokoknya aimisyu, wor…

kiriman http://blog.rawins.com